- Diposting oleh : MTs RUPA
- pada tanggal : November 08, 2025
Di tengah derasnya arus informasi dan kesibukan dunia, terkadang kita tidak butuh nasihat yang panjang lebar. Kita hanya butuh satu kalimat pengingat yang singkat, namun menusuk kalbu; sebuah bahan renungan untuk "menjeda" rutinitas kita sejenak.
Berikut adalah kompilasi kultum super singkat (cukup untuk renungan 30 detik) yang diilhami dari berbagai untaian hikmah abadi. Mulai dari indahnya keikhlasan, pentingnya sebuah pertanyaan, kekuatan lisan, hingga hakikat hidup dan mati.
Semoga tulisan-tulisan ringan ini bisa menjadi pengingat harian bagi saya dan Anda semua
1. ACHMAD DANIAL AS-SYAIROZY
شِفَاءُ الْحُمْقِ السُّؤَالُ
Obat dari kebodohan adalah bertanya.
kebodohan itu penyakit. Dan obatnya sangat sederhana: “bertanya”
Banyak dari kita yang tetap bodoh bukan karena tidak pintar,
tapi karena malu atau gengsi untuk bertanya.
Kita lebih memilih diam daripada terlihat tidak tahu.
Padahal, bertanya adalah kunci pembuka gudang ilmu.
Jangan pernah malu untuk bertanya.
Lebih baik malu sesaat saat bertanya, daripada bodoh
selamanya.
2. BAHRUL AZMI
الْإِخْلَاصُ جَمِيلٌ
Ikhlas itu indah.
Indahannya di mana?
Indah, karena ikhlas membebaskan kita dari pujian dan cacian manusia. Saat kita ikhlas, kita beramal murni hanya untuk Allah. Hati kita tenang, amal kita murni. Itulah ruh dari semua ibadah.
3. M ZAINAL ALIM
إِنَّ
البَلَاءَ مُوَكَّلٌ بِالمَنْطِقِ
"Sesungguhnya musibah itu tergantung pada
perkataan."
Kalimat
ini mengingatkan kita betapa dahsyatnya kekuatan lisan. Musibah atau bala’ bisa
datang diundang oleh ucapan kita sendiri.
Saat
kita mengeluh berlebihan, "Hidupku sangat hancur "
Saat
kita meramal nasib buruk, "Kamu Pasti gagal,"
Atau
saat kita bercanda mendoakan kejelekan...
Lisan
kita seolah sedang "meng-amin-kan" keburukan itu.
Maka,
jagalah lisan kita.
Gunakan
ia untuk bersyukur, bukan mengeluh.
Gunakan
untuk berkata baik, bukan mencela.
Karena ucapan kita hari ini, bisa menjadi takdir kita esok hari.
4. MOCH HAFIZ ALDIN
وَلَدَتْكَ
أُمُّكَ يَا ابْنَ آدَمَ بَاكِيًا ۞ وَالنَّاسُ حَوْلَكَ يَضْحَكُوْنَ سُرُوْرًا
اِحْرِصْ
عَلَى عَمَلٍ تَكُوْنُ بِهِ إِذَا ۞ يَبْكُوْنَ حَوْلَكَ ضَاحِكًا مَسْرُوْرًا
"Kamu dilahirkan ibumu, wahai
anak Adam, dalam keadaan menangis,"
"Dan manusia di sekitarmu
tertawa gembira."
"Perbanyaklah amal kebajikan,
yang pada saatnya nanti,"
"Manusia di sekitarmu menangis,
sementara kau tertawa gembira."
Ini tentang paradoks kehidupan.
Kita memulai hidup dengan tangisan, disambut tawa bahagia
orang lain.
Syair ini menantang kita: Mampukah kita membalik keadaan itu
di akhir hayat kita?
Bagaimana caranya? Yaitu dengan "amal kebajikan".
- Bekerjalah,
- beramallah,
- berbuat baiklah semasa hidup.
Agar kelak, saat kita wafat, kita-lah yang "tertawa
gembira" karena bahagia pulang menemui Allah dengan bekal yang cukup.
Biarlah saat itu, orang-orang di sekitar kita yang
"menangis". Bukan tangisan penyesalan, tapi tangisan karena
kehilangan sosok yang penuh manfaat dan kebaikan.
Semoga kita bisa menjadi orang yang tertawa di akhir nanti.
SYEHAN FIQIH ADITIYA
الرِّجَالُ أَرْبَعَةٌ
رَجُلٌ يَدْرِيْ أَنَّهُ يَدْرِيْ فَذَاكَ عَالِمٌ فَاتَّبِعُوْهُ.
غَافِلٌ فَنَبِّهُوْهُ وَرَجُلٌ
يَدْرِيْ وَلَا يَدْرِيْ أَنَّهُ يَدْرِيْ فَذَاكَ
وَرَجُلٌ لَا يَدْرِيْ وَيَدْرِيْ أَنَّهُ لَا يَدْرِيْ فَذَاكَ
مُسْتَرْشِدٌ فَعَلِّمُوْهُ
وَرَجُلٌ لَا يَدْرِيْ وَلَا يَدْرِيْ أَنَّهُ لَا يَدْرِيْ فَذَاكَ
جَاهِلٌ فَارْفُضُوْهُ
Manusia itu terbagi dalam empat
golongan.
- Orang
yang mengerti dan sadar bahwa ia mengerti. Itulah orang pandai, maka
ikutilah dia.
- Orang
yang mengerti, tetapi tidak sadar bahwa ia mengerti. Itulah orang yang
lalai, maka peringatkanlah ia.
- Orang
yang tidak mengerti dan ia sadar bahwa ia tidak mengerti. Itulah orang
yang sadar diri, maka ajarilah ia.
- Orang
yang tidak mengerti dan tidak sadar bahwa ia tidak mengerti. Itulah orang
yang bodoh, maka tinggalkanlah ia.
Dari empat golongan ini, Tipe 1 (orang 'alim) adalah tujuan
kita.
Namun, jalan terbaik untuk mencapai itu adalah dengan
memiliki mental Tipe 3: yaitu rendah hati. Sadar bahwa kita tidak tahu,
sehingga kita mau belajar dan mau diajari.
Musuh terbesar kita adalah menjadi Tipe 4: sudah tidak tahu,
tapi tidak sadar diri, merasa paling tahu, dan tidak mau dinasihati. Inilah
yang disebut "kebodohan yang sombong".
Maka anjuran bagi kita:
- Carilah
manusia dengan dengan tipe pertama, untuk kau ikuti.
- Jadilah
manudaia dengan Tipe 3 yang selalu haus ilmu.
- Dan semoga Allah tidak menjadikan dan menjauhkan kita dari menjadi Tipe 4. amain